Cari Blog Ini

Jumat, 27 April 2018

Hadiah terindah di hari Rabu 4 - 4 - 2018. Chioke Shaquil Janitra Nawasena. Terima kasih Ya Allah.

Chioke artinya ok banget
Shaquil artinya tampan
Arti dalam berbagai bahasa
Shaquil dalam bahasa Inggris-amerika, artinya Tampan dan benar.
Shaquil dalam bahasa Arab, artinya (bentuk lain dari shaquille) tampan.
Janitra artinya Kata / Nama : Janitra
Arti Nama : berderajat tinggi 
Asal Nama : India (Sansekerta)
Kesimpulan dari Nama Janitra :
Kesimpulan 1 :  Pengertian atau arti nama Janitra adalah berderajat tinggi
Kesimpulan 2 :  Salah satu bentuk nama yang memiliki arti berderajat tinggi yaitu adalah nama Janitra
Kesimpulan 3 :  Nama Janitra yang berarti berderajat tinggi 
Kesimpulan 4 :  Nama Janitra asal-muasalnya dari India (Sansekerta) yang mempunyai makna berderajat tinggi
Nawasena diambil dari bahasa sansekerta yang artinya masa depan yang cerah. Arti nama anak saya adalah anak yang tampan dan berdrajat tinggi mempunyai masa depan yang cerah.

Selasa, 13 Februari 2018

Bukankah malam selalu tetap menjadi malam, bila malam itu adalah matamu
Bukankah bintang akan tetap menjadi bintang, bila bintang itu adalah ribuan mimpimu
Seperti debu yang menempel di tepi jendela kaca
begitulah dirimu mendikte seluruh perasaanku

Aku ingin menghancurkan candi rindumu
Tapi yang kudapat justru telaga air mata, telaga dewa kesunyian




Anda, 13 Februari 2018

Minggu, 25 Mei 2014

Burung gereja sudah selesai dengan sayap-sayap kecilnya
mencari angin menadah hujan
pada tepi tiang jendela dan siku-siku rumah
mata api hari ini membakar sepi
dan bulan menjadi tengkorak yang dilupakan
putih tanpa nyala

Aku kangen
kangen pada selendang yang kau ikatkan di masa-masa lama
jalan-jalan kita dan cerita di tengah malam
aku kangen pada ingatanmu
tentang buah2an atau makanan sehat

Laut menghitam angkasa menjadi neraka
tak peduli ombak meraksasa sebesar gunung merbabu
matamu yang kuingat menusuk tajam pelan-pelan
Terpaksa hidup kutantang sendirian

Sore dulu begitu indah
dengan gagasan dan warna pelangi
seribu kenangan menyerbu bagai roman picisan yang tak kunjung selesai
dan mata hujan menjadi langit-langit setiap bab cerita yang kita bacai

Bunga itu tumbuh pelan
bunga yang kau tanam dengan derasan tanganmu dan doamu di tiap malam
sajadah merah sudah bersimbah air mata
dan lamunan kekesalan menjadi kerak-kerak luka

Aku kangen dan ingin memelukmu
aku rindu pada badai yang membesarkan pikiran
aku rindu pada gairah membangun masa depan yang kau sodorkan
aku rindu pada impian raksasa
aku rindu pada kesederhanaan

Balok-balok kayu dan batu yang sudah kau susun di hatiku
kini sudah menjadi pintu membaja
susah untuk dibuka
mengganti hati, hanyalah urusan tawar-menawar kehidupan
bukan ketulusan, bukan niat menemani

Kesetiaan apakah bisa aku pertahankan
tak peduli aku harus menjadi majnun yang merenungkan layla
tak peduli aku harus menjadi Romeo yang kapiran

Malam ini menepi
esok pagi datang
dan separuh jiwaku hilang
aku kangen
Rinduku adalah sayap-sayap patah yang kehilangan arah
burung tak lagi punya nama
harimau tak lagi prabawa
tanpamu separuh jiwa terbang ke langit jingga

Aku mencintaimu lebih dari tapal batas yang engkau mengerti
aku menyayangimu seperti seorang ibu pada anaknya, tanpa batas waktu

Luka ini sudah menjadi candi batu
diam membisu di hatiku
ruang suci candi hanya menyimpan namamu
dan ketika perkamen-perkamen kisahmu dibuka
hanya kangen yang aku rasai.

Anda Kusmawan, 2014

Selasa, 07 Mei 2013

Allah swt Menyimpan Jodohmu.......

Andaa, Allah swt menyimpan jodohmu dengan baik, ia akan datang di saat yang tepat dan ketika engkau juga tepat menerimanya. Allah swt mengetahui segala hal tentang dirimu dan tunggulah di satu masa yang tepat itu akan datang kau harus siap untuk membahagiakan kehendak Allah swt. Dari semua hal bersyukurlah apa yang kamu alami seberat apapun cobaan yang kamu hadapi. Karena itu semua pelajaranmu untuk menjadi dewasa.

Inilah...rinduku yang diterbangkan oleh angin

Aku akan berdiri di tepi jendela
tapi tak menguapkan udara
aku hanya melihat daun runtuh
menimbuni halaman
dan melihat bulan yang sayup-sayup perak warnanya

Rinduku seperti gunung kapur
menukar air kali
dan menjadikannya tiada
kapur-kapur yang menuliskan ajaran anak murid
pada sekolah, pada kehidupan

Inilah rinduku
yang diterbangkan oleh angin
dan memesankan satu kata : Aku mencintaimu. 

Kamis, 10 Januari 2013

Jokowi dan Kisah Jalan Sukarno

Baru-baru ini Jokowi akan berencana memberi nama salah satu ruas jalan besar di Jakarta dengan nama Sukarno. Mungkin bagi generasi yang lebih muda, bagi mereka yang lahir pertengahan tahun 80-an banyak yang tak paham, kenapa kok nama Jalan Sukarno saja jadi berita yang menghebohkan,  ada apa dengan Jalan Sukarno?

Di Indonesia, salah satu bentuk penghormatan adalah memberikan nama Jalan Utama dengan nama Pahlawan Nasional, atau Pahlawan yang dianggap berjasa di satu wilayah. Tak harus Pahlawan Nasional memang, seperti di Bogor terkenal sekali jalan Mayor Oking atau di Depok ada jalan besar nama Margonda, yang diambil dari nama Umar Ganda, salah satu pejuang di masa Revolusi 1945 yang memimpin barisan berani mati di sekitar Kukusan sampai Pondok Cina dan pernah menyerbu tangsi KNIL  di sekitar Pasar Minggu, juga menyerang Republik Depok (pada masa Revolusi Proklamasi 1945, Depok merupakan negara tersendiri yang dikuasai kelompok keturunan Belanda-Depok). Nama jalan juga kerap menjadi ajang pertarungan perkelahian sejarah, peristiwa pembantaian Bubat yang menewaskan seluruh delegasi Pajajaran dalam peristiwa “Pernikahan Politik Hayam Wuruk dan Puteri Dyah Pitaloka”  pada tahun 1357 sampai sekarang masih menyimpan luka dan tidak satu ruas-pun jalan di Bandung menggunakan nama Jalan Gadjah Mada, padahal di kota-kota lain di Jawa, nama Jalan Gadjah Mada selalu menjadi nama jalan besar bahkan jalan boulevard.
Bung Karno pada Tahun 1960 meresmikan Jalan Sukarno di Rabat, jalan ini dikenal dengan nama sharia Al-Rais Ahmed Sukarno, Jalan ini merupakan pusat kota yang ramai di Rabat (Sumber Photo : ANTARA)

Setelah didongkelnya Bung Karno lewat patgulipat Supersemar 1966 dan dihancurkannya seluruh jaringan kekuatan lingkaran dalam Sukarno, maka salah satu agenda penting pendirian rezim Orde Baru adalah melakukan politik De-Sukarnoisasi, tujuan utama politik De-Sukarnoisasi adalah menghilangkan secara bertahap ajaran-ajaran politik Sukarno, terutama sekali orientasi politik Sukarno yang amat berbau Kiri.  Modal Asing adalah tujuan utama sasaran pembangunan ekonomi politik Orde Baru, sementara pihak negara asing tidak ingin tujuan-tujuan berinvestasinya gagal karena masih kuatnya pengaruh alam pikiran Sukarno yang menolak segala bentuk dikte asing, kelompok Sukarnois dinilai akan menjadi hambatan serius bagi kelangsungan modal asing. Selain itu secara politik, kekuatan massa terbesar di Indonesia adalah ‘jaringan massa Sukarno’ yang kemudian dikooptasi oleh Orde Baru dan dilemahkan menjadi bagian dari ‘floating mass’ atau ‘massa mengambang’, dimana mereka tidak memiliki pilihan ideologis yang fanatik.

“De-Sukarnoisasi adalah Agenda yang berkelanjutan dan menyeluruh” begitulah salah satu isi tujuan politik Kopkamtib pada tahun 1968. De-Sukarnoisasi harus didukung empat kekuatan yaitu : Pers, Jaringan Mahasiswa, Intelektual dan Birokrasi. Strategi ini dijadikan bagian langsung dari Opsus dan ketertiban sipil. Usaha-usaha De-Sukarnoisasi dengan menjelek-jelekkan Sukarno sangat hebat di tahun 1968, bahkan secara berkala koran “Mahasiswa Indonesia” yang saat itu dipimpin banyak tokoh mahasiswa termasuk Rahman Tolleng, secara intens menyerang Sukarno dengan tuduhan macam-macam, salah satu tulisan yang kerap menyerang Sukarno ditulis oleh seorang jurnalis MI bernama Aldy Anwar. -Dokumentasi penyerangan ini kemudian dibundel oleh penulis Perancis, Francois Raillon dalam bukunya “Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia”.

Kebangkrutan Sukarno adalah tujuan utama berpolitik bagi mereka yang mendukung Orde Baru. Disini Suharto sebagai Presiden RI berusaha bermain cantik, Suharto selalu menjaga jarak dengan kelompok yang mati-matian menghancurkan nama Sukarno, tapi kadang Suharto juga membiarkan penghancuran nilai-nilai Sukarno itu. Usaha pembangkrutan nama Sukarno terus dilakukan, namun pada saat kematian Sukarno pada tanggal 21 Juni 1970, hampir semua bangsa ini menangisinya, pers kembali balik memuji-muji Bung Karno. Sebuah era baru kebangkitan nama Sukarno.
Jalan Sukarno di Mesir, Juga Merupakan Pusat Kota. (Sumber Photo : Kompas)

Pada tahun 1975, Ali Sadikin pernah berniat menamakan jalan sepanjang Jalan Pegangsaan sebagai nama “Jalan Sukarno” namun niat Ali Sadikin itu dilabrak oleh pihak anti Sukarno yang sedang amat berkuasa dilingkaran dalam Suharto. Niat Ali itu juga dituduh sebagai bentuk ambil hati Ali kepada kekuatan massa Sukarnois yang berpotensi menyerang Presiden Suhaarto.

Pada tahun 1978, saat itu desakan dunia Internasional menguat terhadap tahanan politik Orde Baru dan ada secara bertahap para tahanan politik dibebaskan. Di kalangan internal Suharto sudah ada gagasan untuk kembali menghargai Sukarno. Namun gagasan ini diperhalus dengan bahasa-bahasa patriotisme, ucapan-ucapan Sukarno kerap didengungkan dalam pidato-pidato politik Orde Baru, termasuk ucapan terkenal Sukarno di Tambaksari Surabaya menjelang pertempuran 10 November 1945 “Bangsa ini mencintai kebebasan tapi lebih cinta kemerdekaan”. Ucapan itu sering dilontarkan pejabat Orde Baru, termasuk Presiden Suharto dan Menteri Penerangan Ali Moertopo pada awal tahun 1980-an.

Puncak nostalgia bangsa ini kepada Sukarno sekaligus menciptakan arus besar melawan politik De-Sukarnoisasi adalah ketika Suharto memutuskan untuk menggempur Partai Persatuan Pembangunan (PPP), menceraikan PPP dengan NU dan mendekati PDI lewat lobbying politik Jenderal Benny Moerdani dimana salah satu anak didik Benny Moerdani, Drs Soeryadi adalah ketua PDI.  Jenderal Benny Moerdani sendiri memiliki kenangan manis dengan Bung Karno, dia adalah salah tentara kesayangan Sukarno. Semasa Benny masih berpangkat Letnan, Sukarno pernah berujar bahwa “Benny itu anak lanangku” didepan beberapa Jenderal, di satu sore menjelang tahun 1965 bahkan Benny sempat diminta untuk menikahi salah satu anak perempuan Sukarno, tapi Benny menolak karena sudah punya pacar. Benny Moerdani dianggap oleh banyak analis Politik sebagai salah satu pintu gerbang terbukanya arus besar lahirnya “politik Sukarno” dalam konstelasi politik nasional,  bahkan kelak dikemudian waktu “Politik Sukarno” adalah rivaal terkuat Orde Baru dan penggulingan Suharto tak lepas dari beredarnya banyak buku-buku yang menjelaskan bagaimana kekuatan Nasionalisme Sukarno terbentuk. Gerakan bawah tanah para mahasiswa dan intelektual yang menjadi penggerak demonstrasi besar-besaran 1998 kerap menggunakan anatomi pemikiran Sukarno sebagai penjelasan antitesis politik Orde Baru.

Politik Kompromi Orde Baru dengan Sukarnoisme

Pada saat pembangunan Bandar Udara di Cengkareng, saat itu didebatkan apa nama Bandara Utama Republik Indonesia, adalah suatu kebiasaan memberikan nama Bandara Nasional kepada nama Pahlawan yang dianggap paling berjasa bagi negaranya. Ada beberapa usulan yang masuk ada nama Bandara Gadjah Mada, Bandara MH Thamrin, bahkan ada yang mengusulkan Bandara Sudirman. Namun Pak Harto saat itu menolak semua usulan dan menyetujui usulan nama Bandara Sukarno-Hatta, alasan Pak Harto saat itu adalah yang membentuk negara ini lewat tanggung jawab dua orang itu yaitu : Bung Karno dan Bung Hatta, mereka adalah jaminan kepada rakyat, leher mereka menjadi taruhannya saat negeri ini berdiri.  Pak Harto memberikan nama itu setelah melakukan perenungan selama tiga hari. Keputusan nama Bandara Sukarno-Hatta sendiri keluar pada jam 6 pagi  tanggal 10 November tahun 1981 menjelang ia berangkat ke Taman Pahlawan Kalibata, peresmian bandara itu sendiri dilakukan pada tahun 1985.

Penisbahan nama Bandara Sukarno-Hatta di Bandara Cengkareng merupakan puncak dari politik kompromi Suharto terhadap kaum Sukarnois.  Namun secara implisit Orde Baru hanya mengakui jasa Sukarno terhadap Republik yaitu dibatasi sampai pada tahun 1956, tahun dimana Bung Hatta mengundurkan diri, antara tahun 1957 sampai dengan tahun 1965 adalah tahun yang dikutuki oleh Orde Baru, padahal bagi pengikut Sukarno atau kaum Sukarnois tahun 1957 sampai dengan tahun 1965 disebut sebagai “Tahun Puncak Kedaulatan Sukarno” itu adalah tahun panjang yang sakral dan menyerempet bahaya demi tujuan nasional dan tujuan revolusi sosialisme ala Sukarno.

Nama jalan Sukarno sendiri masih dilarang oleh Orde Baru, nama Sukarno harus melibatkan nama Hatta agar kenangan pada Sukarno sendiri dibatasi ‘kenangan terhadap Proklamasi’ bukan kenangan terhadap ‘Revolusi’.

Namun kini angin berubah cepat, setelah bangkrutnya era Neoliberalisme yang sempat merajai Indonesia setelah kejatuhan Suharto, maka kekuatan kaum Sukarnois bangkit.  Di Jakarta, kekuatan Sukarnois disimbolisasi dalam diri Jokowi, di Semarang Rustriningsih mulai berkibar sementara di Jawa Timur terutama wilayah Jawa Timur subkultur Mataraman nama Sukarno tetap menjadi nomor satu, diperkirakan PDIP akan menjadi Partai terbesar nomor dua bahkan nomor satu, setelah kebangkrutan Partai Demokrat yang dilipat karena masalah korupsi. Di Jawa Barat sendiri, salah satu anak didik ideologis Sukarno, Rieke Dyah Pitaloka sedang merebut kekuasaan politik di Jawa Barat.

Salah satu misi terpenting Jokowi di DKI Jakarta selain mengenalkan tata pemerintahan yang bersih dan berdaulat pro rakyat adalah mengenalkan rasa memiliki bangsa ini lewat alam pikiran Sukarno, salah satu alam pikiran Sukarno paling penting dalam peradaban kemerdekaan Indonesia adalah “Patriotisme yang Totaliteit”  Totalitas rasa Patriot untuk mencintai dan membela bangsa ini.

“Jalan Sukarno” sebentar lagi akan  banyak memenuhi ruang kota di Indonesia, ini sekaligus menghancurkan stigma politik 1967 dimana Bung Karno dianggap ‘penjahat’ dalam gerakan Gestapu Untung 1965, sekaligus mengembalikan kehormatan bagi yang berhak.

Sementara “Jalan Sukarno” sebagai ideologi, akan menjadi pilihan paling panas dalam pertarungan politik 2014.










Senin, 10 Desember 2012

Sajak Pagi

Pada musim penghujan
Di tahun lalu
Pada teka teki kesunyian
Ketika kabut sudah menjadi api
Dan malam menyelesaikan mimpi-mimpi

Pada satu musim penghujan
Air mata mengenangmu habis sudah
Dan kau entah dimana

Pada satu musim penghujan di waktu sekarang ini
Namamu, menjadi batu-batu candi yang beku dan kaku

-Desember 2012-.